Pengukuran Beda Tinggi Dengan Pesawat Penyipat Datar.
Oleh : Drs. Andreas Mulyono,MT
( Widyaiswara PPPPTK BOE Malang)
Abstrak.
Pengukuran beda tinggi
adalah suatu pekerjaan pengukuran untuk menentukan beda tinggi beberapa titik
dimuka bumi terhadap tinggi muka air laut rata-rata. Pekerjaan ini dapat pula
diaplikasikan pada pekerjaan konstruksi bangunan dimana titik titik konstruksi
harus ditentukan ketinggiannya atau elevasinya. Untuk pekerjaan pengukuran pada
pekerjaan konstruksi memerlukan alat pengukur beda tinggi yang mempunyai
akurasi yang tinggi. Alat yang biasa dipakai pada pekerjaan pengukuran beda
tinggi adalah Water pas , selang ukur dan atau Pesawat Penyipat Datar. Alat
Pesawat Penyipat Datar yang dipakai untuk Melakukan pekerjaan pengukuran beda
tinggi harus mempunyai akusari yang disyaratkan , artinya alat tersebut harus
akurat, sehingga dapat menghasilkan pengukuran yang tepat.
1. Prinsip
dan Fungsi Pengukuran Beda Tinggi
Pengukuran beda tinggi
dilakukan dengan menggunakan alat Pesawat Penyipat Datar (waterpass). Alat
didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu yang berdiri
vertical. Maka beda tinggi dapat dicari atau dihitung dengan menggunakan rumus
pengurangan antara bacaan benang tengah rambu muka ( BTA ) dan
bacaan benang tengah rambu belakang ( BTB ).
Rumus beda tinggi antara dua titik :
Rumus beda tinggi antara dua titik :
BT = BTB – BTA
Keterangan :
BT = beda tinggi
BTA = bacaan benang tengah rambu Muka
BTB = bacaan benang tengah rambu Belakang
BTA = bacaan benang tengah rambu Muka
BTB = bacaan benang tengah rambu Belakang
Dalam setiap pengukuran
tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan angka, sehingga diperlukan
adanya koreksi antara hasil yang didapat di lapangan dengan hasil dari
perhitungan.
Fungsi dari pengukuran
beda tinggi ini, antara lain :
a. Merancang jalan raya,Jalan KA dan saluran-saluran.
b. Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana.
c. Menghitung volume pekerjaan tanah.
d. Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.
e. Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.
a. Merancang jalan raya,Jalan KA dan saluran-saluran.
b. Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana.
c. Menghitung volume pekerjaan tanah.
d. Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.
e. Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.
2. Syarat - syarat pesawat penyipat datar.
Syarat
– syarat alat sipat datar adalah :
Pertama : Garis bidik teropong harus sejajar
dengan garis arah nivo.
Kedua : Garis arah
nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Ketiga : Garis
mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
3. Pengukuran
Beda Tinggi.
Pengukuran beda tinggi
antara dua titik dapat dicari / dihitung dengan mencari selisih
pembacaan benang tengah ( bt ) dari kedua titik tersebut, sehingga :
ht = Btb - Btm
ht = beda tinggi
Btb = bacaan benang
tengah belakang
Btm = bacaan benang
tengah muka
Bila muka lebih tinggi
dari pada belakang maka ht bertanda positip dan sebaliknya.
Langkah Pengukuran :
1. Dirikan 2 patok P1
dan P2 yang berjarak 60 m , siapkan daftar pengukuran,
catat nomor pesawat penyipat datar yang akan dipakai .
2. Dirikan rambu ukur
di patok P1 dan P2 , tempatkan peswat penyipat datar ditengah tengah
P1 dan P2 ( posisi I ) dan stel pesawat penyipat datar sampai siap pakai.
Gambar Posisi Pesawat Di Tengah
3.
Lakukan pembacaan rambu ukur P0 dan P1 dan catat bacaan benang
tengahnya, misalnya bacaan P1 = 1.846 dan P2 = 0.342
4. Pindahkan pesawat
penyipat datar didepan P1 dengan jarak 5 m ( posisi II
) dan stel pesawat penyipat datar sampai siap pakai ,
selanjutnya arahkan pesawat ke rambu P1 dan ke P2, baca dan catat benang
tengahnya, misalnya P1 = 1.948 dan P2 = 0.440
5. Dengan dua kali
pengukuran ( posisi I dan Posisi II ) , lakukan perhitungan beda tinggi kedua
titik ( P1 dan P2 ) !
Gambar Posisi Pesawat Di Depan Rambu ± 5 m
Analisa hasil pengukuran
:
Beda tinggi
atitik P1 dan P2 dapat dihitung dengan cara bacaan benang tengah P1
dikurangi dengan bacaan benang tengah P2 .
Pada
pengukuran posisi I P1 = 1.846 dan P2 = 0.342, sehingga
beda tinggi = 1.846 – 0.342 = 1.504.
Pada
pengukuran posisi II P1 = 1.948 dan P2 = 0.440, sehingga
beda tinggi = 1.948 – 0.440 = 1.508.
Dari hasil kedua
pengukuran diatas beda tinggi kedua titik ternyata tidak sama, ini berarti
pesawat yang dipakai tidak layak. tidak ada koreksi. Pesawat tersebut harus
dilakukan kalibrasi.
4. Cara
Menyetel Pesawat Penyipat Datar
Gambar Pesawat Penyipat Datar
Pada prinsipnya
penyetelan alat pesawat penyipat datar atau water pas adalah mendirikan pesawat
diatas statif. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
a. Dirikankan tripod atau statip pada permukaan
tanah yang datar,upayakan kepala statif pada kondisi datar .
b. Pastikan kaki-kaki statip masuk ke dalam tanah
dengan cara menginjak sepatu pada kaki statif, tinggi statip disesuaikan dengan
orang yang akan membidik dan permukaan kepala statip diusahakan relatif datar.
c. Letakkan pesawat penyipat
datar diatas statif kemudian dikunci.
Gambar Surveyor Menyetel PPD
d. Mengatur ketiga buah sekrup penyetel ( A, B, C),
untuk menentukan gelembung nivo posisi ditengah.
e. Sejajarkan teropong dengan dua buah sekrup A dan
B (kadudukan I), kemudian sekrup diputar searah (jika masuk, masuk semua; jika
keluar, keluar semua) agar kedudukan gelembung nivo tepat di tengah-tengah.
f. Putar teropong 90 derajat supaya posisinya tegak
lurus terhadap dua sekrup A, B (kedudukan II), kemudian putar sekrup C agar
kedudukan gelembung nivo tepat di tengah-tengah.
g. Dirikan rambu ukur secara tegak lurus dititik P1
dan dititik P2 dan dirikan pesawat penyipat datar berjarak ± 30 meter dari Pi
dan P2.
h. Arahkan teropong pesawat penyipat datar ke rambu
P1,kemudian baca benang tengah( misal 1.568 ).
Gambar Surveyor Sedang Mambaca Rambu
i. Putar dan arahkan teropong pesawat penyipat
datar ke rambu P2,kemudian baca benang tengah ( misal 1.244 ).
Gambar Posisi PPD di Tengah
j. Pindahkan pesawat penyipat datar didepan rambu
P2 berjarak ± 5 meter,lalu stel pesawat dengan baik sehingga gelembung nivo
ditengah-tengah.
Gambar Posisi PPD di Depan Rambu ± 5 m
k. Arahkan teropong pesawat ke rambu P1,lalu baca
benang tengah ( misal 1.688 ), kemudian arahkan teropong pesawat ke rambu P2,
lalu baca benang tengah ( misal 1.369 ).
l. Hitunglah beda tinggi kedua titik yang diukur
pada dua posisi I.
Dari hasil pembacaan
kedua posisi diatas didapat :
Beda tinggi posisi I =
1.568 – 1.244 = 0.324
Beda tinggi posisi II =
1.688 - 1.369 = 0.329
m. Dari hasil kedua pengukuran
didapatkan beda tinggi yang tidak sama atau ada perbedaan sebesar
0.329 – 0.324 = 0.005 m atau 5 mm, kalau pesawat penyipat datar tersebut pada
kondisi laik pakai,maka kedua beda tinggi tersebut harus sama. Bisa dikatakan
bahwa pesawat penyipat datar tersebut tidak laik/tidak presisi.
5. Cara Mengkalibrasi Pesawat Penyipat Datar
a. Bukalah penutup lensa okuler pada teropong
pesawat penyipat datar,pada posisi II arahkan teropong ke rambu P1.
b. Putarlah pengatur koreksi benang tengah dengan
tuas yg tersedia di kotak pesawat , sehingga bacaan rambu P1 berkurang setengah
kesalahan ( 2 mm ) sehingga bacaan benang tengah menjadi 1. 686.
c. Pindahkan pesawat penyipat datar ditengah-tengan
antara rambu P1 dan rambu P2 ( posisi I ),kemudian stel gelembung nivo berada
ditengah,siap untuk melakukan pembacaan.
d. Arahkan teropong pesawat ke rambu P1,lakukan
pembacaan benang tengah (misal 1.544 ).
e. Putar teropong pesawat dan arahkan ke rambu P2,
lalu lakukan pembacaan benang tengah ( misal 1.221 ).
Gambar Posisi Pesawat di Tengah
f. Pindahkan pesawat penyipat datar didepan rambu P2 ( posisi II) ± 5
meter,kemudian stel gelembung nivo berada ditengah,siap untuk melakukan
pembacaan.
g. Arahkan teropong pesawat ke rambu P1,lakukan pembacaan benang
tengah (misal 1.665 ).
h. Putar teropong pesawat dan arahkan ke rambu P2,
lalu lakukan pembacaan benang tengah ( misal 1.330).
i. Pindahkan pesawat penyipat datar didepan rambu
P2 ± 5 meter,kemudian stel hingga gelembung nivo berada ditengah,arahkan
teropong ke rambu P2 ,kemudian baca benang tengah (misal 1.441
),kemudian arahkan teropong ke rambu A,lalu baca benang tengah (misal 1.765 ).
Gambar Posisi PPD di
Depan Rambu ± 5 m
j. Beda tinggi kedua posisi pengukuran tersebut
adalah :
Beda tinggi posisi I = 1.655-1.330 = 0.325 dan
Beda tinggi posisi II = 1.765-1.441=
0.324 ada beda sebesar 0.001 atau 1 mm.
Kalau pesawat penyipat datar memiliki acurasi
1-2 mm, maka kesalahan ini masih dalam batas toleransi atau dengan kata lain
pesawat sudah laik pakai.
Referensi :
2. Buku Manual Pesawat Penyipat Datar Merk TOPCON.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar